BAHAGIA YANG BAGAIMANA?
Banyak orang,
bahkan semua orang yang tinggal di bumi pertiwi ini menginginkan hidup yang
bahagia. Dalam segala hal orang ingin bahagia. Di sini saya mempunyai
pertanyaan dasar tentang “apa itu bahagia?”, dan apa yang sebenarnya atau hal
apa yang membuat seseorang atau kita tidak merasakan kebahagiaan.
Definis mengenai bahagia itu banyak versinya. Ada definisi bahagia ketika semua hal yang kita
inginkan dapat diraih, atau setiap keinginan terpenuhi. Bahagia ketika
mempunyai uang. Bahagia ketika bisa ke mana-mana sesuai dengan tujuan
perjalanan. Bahagia ketika dapat melihat orang di sekitar senang. Banyak arti
bahagia. Tapi, bagaimana jika semua itu tidak didapatkan? Apa kebahagiaan tidak
dicapai? Atau bahagia hanya separuhnya? Lantas seutuhnya bahagia itu seperti
apa?
Di sisi lain
terdapat orang atau sekelompok orang yang bahagia ketika pencapaiannya tercapai
tapi mengakibatkan penderitaan bagi orang lain atau lingkungan sekitar. Semisal bahagia mendapatkan
keuntungan bisnis yang banyak, tetapi mematikan pasar ekonomi orang lain. Jika
dilihat dari istilah bahagia ketika setiap hal yang diinginkan tercapai, berarti
bahagia tidak memandang orang-orang di sekitar atau lingkungan sekitar dalam
kondisi yang aman dan turut bahagia. Semua penuh ke egoisan pribadi dan
kelompok. Jika seperti itu lalu apa yang dinamakan ‘bahagia’?
Banyak kalangan yang mendefinisikan bahagia, mulai dari anak kecil, remaja, dewasa, orang tua.
Berbagai macam arti bahagia juga dijelaskan oleh orang-orang berpendidikan,
tokoh masyarakat, tokoh agama, dll. Bahagia itu sesuai dengan kondisi dan taraf
pemaknaan hidup. Ada orang bahagia dengan pendapatan 50% dari rata-rata
pendapatan suatu lokasi di mana orang tersebut tinggal. Tapi bagi orang lain
pendapatan 50% tersebut tidaklah membuatnya bahagia, karena ingin mendapatkan
pendapatan 100%, bahkan ada yang 150% dan 200%. Apakah itu salah? Tidak, tapi
juga kurang tepat. Karena segala hal harus disyukuri karena itu yang menjadi
kunci utama kebahagiaan. Syukur. Ya, Syukur.
Istilah syukur
merupakan bentuk rasa penerimaan segala hal yang kita dapatkan. Baik itu
sedikit, sedang, banyak, atau berlimpah sekali. Setiap dari itu hari disyukuri
dan dimaknai. Dengan pen-syukuran dan pemaknaan itu, pikiran, hati sirkulasi
darah, pernafasan akan berjalan indah, dan normal karena tidak memacu
bagian-bagian tubuh untuk bergejolak, dari situ kita dapat memaknainya dengan
tenang, damai, dan penuh rasa aman untuk mendapatkan ‘bahagia’.
Dalam agama tertentu, agama yang rohmatan lil’alamin, bahagia merupakan
kondisi penerimaan yang tinggi dari setiap hal yang didapatkan. Memastikan
semua kondisi aman ketika setiap hal didapatkan. Hal ini menunjukkan suatu
konteks di mana diri, orang lain, dan lingkungan sekitar harus juga merasakan
setiap kebahagiaan itu. Semua menerima dengan pen-syukuran yang tinggi untuk
dapat memaknai setiap hal, kondisi, kejadian yang dihadapi dan didapati. Semua
kewajiban yang diembannya dapat terlaksana dengan baik dan optimal. Semua bagian
akan bahagia.
Semua orang akan mendapatkan bahagia jika mengetahui setiap esensi dari yang didapatkan, dijalani, atau tidak didapatkan atau dijalani. Bahagia mengharuskan penysukuran setiap kondisi. Dari syukur itu bahagia akan didapatkan. Syukur dan kebahagiaan.
Posting Komentar untuk "BAHAGIA YANG BAGAIMANA?"
What do you think?